Akrab: Bung Karno sedang berbincang
dengan Pater G. Huijtink SVD (berjenggot) dan Pater A. Tiyssen SVD
Selama masa pengasingannya di Pulau Bunga, Soekarno telah merajut beragam pengalaman bersama masyarakat Ende. Kenangan-kenangan ini tetap menjadi kebanggaan masyarakat Ende sampai sekarang.
Sungai Wolowona
Sungai ini merupakan tempat kesukaan Soekarno. Selain sebagai tempat bersenang-senang dengan sahabat-sahabatnya, Soekarno juga sering mandi di sungai ini. Tempat itu disebut Rende Wae, sekitar sepuluh kilometer dari tempat tinggal Soekarno. Apabila berada di tepi sungai, Soekarno menjauh beberapa puluh meter dari para pengikutnya untuk mencari kolam yang aman di balik batu besar.
Salah seorang pengikutnya, Hamid Dhepi, yang di kemudian hari menjadi Kepala Desa Rewarangga, menuturkan bahwa seekor burung rajawali besar dengan suara melengking terbang dari hulu, lalu bertengger di atas batu di dekat Soekarno mandi. Para pengikut Soekarno tahu, jika rajawali itu terbang kembali ke udara lalu menghilang; itu pertanda Soekarno sudah selesai mandi. Lalu, mereka bersiap-siap kembali ke Ende.
Perpustakaan Para Pastor
Di Ende, Soekarno dikenal sebagai pribadi yang luwes dan terbuka. Sikap inilah yang menjadi kekuatannya dalam membangun relasi dengan masyarakat Ende, termasuk dengan para pastor. Soekarno bisa menggunakan perpustakaan para pastor kapan saja. Di perpustakaan inilah, Soekarno mengakses banyak pengetahuan.
Bengkel Santo Yosef
Bengkel kayu ini milik Serikat Sabda Allah (SVD) yang dikelola oleh Bruder Lambert dan Bruder Cherubim. Di bengkel ini, Soekarno menyiapkan segala perlengkapan sandiwara. Hampir setiap hari, Soekarno mendatangi tempat ini.
Pohon Sukun
Di Ende, Soekarno kerap merenung di bawah pohon sukun di pinggir laut. Sementara duduk-duduk di bawah pohon sukun, gagasan Soekarno tentang dasar-dasar kemerdekaan Indonesia memperoleh bentuknya, yang kemudian dipakainya sebagai falsafah Negara Indonesia pada 1945. Menurut keterangan Soekarno sendiri, di bawah pohon sukun itulah, konsepsi Pancasila selesai dirumuskan.
Selama masa pengasingannya di Pulau Bunga, Soekarno telah merajut beragam pengalaman bersama masyarakat Ende. Kenangan-kenangan ini tetap menjadi kebanggaan masyarakat Ende sampai sekarang.
Sungai Wolowona
Sungai ini merupakan tempat kesukaan Soekarno. Selain sebagai tempat bersenang-senang dengan sahabat-sahabatnya, Soekarno juga sering mandi di sungai ini. Tempat itu disebut Rende Wae, sekitar sepuluh kilometer dari tempat tinggal Soekarno. Apabila berada di tepi sungai, Soekarno menjauh beberapa puluh meter dari para pengikutnya untuk mencari kolam yang aman di balik batu besar.
Salah seorang pengikutnya, Hamid Dhepi, yang di kemudian hari menjadi Kepala Desa Rewarangga, menuturkan bahwa seekor burung rajawali besar dengan suara melengking terbang dari hulu, lalu bertengger di atas batu di dekat Soekarno mandi. Para pengikut Soekarno tahu, jika rajawali itu terbang kembali ke udara lalu menghilang; itu pertanda Soekarno sudah selesai mandi. Lalu, mereka bersiap-siap kembali ke Ende.
Perpustakaan Para Pastor
Di Ende, Soekarno dikenal sebagai pribadi yang luwes dan terbuka. Sikap inilah yang menjadi kekuatannya dalam membangun relasi dengan masyarakat Ende, termasuk dengan para pastor. Soekarno bisa menggunakan perpustakaan para pastor kapan saja. Di perpustakaan inilah, Soekarno mengakses banyak pengetahuan.
Bengkel Santo Yosef
Bengkel kayu ini milik Serikat Sabda Allah (SVD) yang dikelola oleh Bruder Lambert dan Bruder Cherubim. Di bengkel ini, Soekarno menyiapkan segala perlengkapan sandiwara. Hampir setiap hari, Soekarno mendatangi tempat ini.
Pohon Sukun
Di Ende, Soekarno kerap merenung di bawah pohon sukun di pinggir laut. Sementara duduk-duduk di bawah pohon sukun, gagasan Soekarno tentang dasar-dasar kemerdekaan Indonesia memperoleh bentuknya, yang kemudian dipakainya sebagai falsafah Negara Indonesia pada 1945. Menurut keterangan Soekarno sendiri, di bawah pohon sukun itulah, konsepsi Pancasila selesai dirumuskan.
Referense:
https://www.kaskus.co.id/thread/522dbc4738cb17b739000004/soekarno-pada-masa-pengasingan-di-ende/
No comments:
Post a Comment