Monday, June 30, 2014

Dongeng singkat (Lagu Penyihir Yang Tak Terlupakan)



            Ketika ia mencapai usia dewasa, penyihir tidak lagi berbicara kepada orang lain. Karena takut bahwa mereka akan dimakan, penduduk desa waltz haagen mulai membenci dia. Penyihir membangun dinding yang tak terlihat yang mengelilingi desa.  Seseorang berkata,  orang yang diizinkan untuk masuk desa, tapi tidak bisa melarikan diri. Suatu hari, seorang anak yang hilang selama tiga hari mengulangi nama penyihir sebanyak tiga kali dan mulai tertidur  nyenyak. Warga kota berdiri lagi dan mengambil obor di tangan mereka dan membakar rumah penyihir pada saat itu, putri waktu turun dari langit dalam cahaya terang dan memadamkan api yang membara itu. Dia memberikan sinyal ke penyihir dan keduanya mengangguk. dinding pelindung desa menghilang , rakasa besar muncul di luar desa. Setelah pertempuran panjang, penyihir dan putri merubah raksasa menjadi batu. Sekali lagi desa kembali damai. Ketika anak yang tertidur tadi terbangun dari tidurnya, ia mengatakan kepada orang-orang desa, bahwa penyihir telah membuat dinding untuk melindungi mereka dari rakasa, dan untuk dinding tersebut tetap ada, ia tidak lagi bisa berbicara . Seluruh penduduk desa berterima kasih  kepada penyihir dan memintanya untuk berbicara sebelum dia pergi ke istana putri waktu. Namun, penyihir tidak berbicara. sebagai gantinya, dia malah bernyayi.  Namanya tidak lagi dikenal, tapi lagunya masih bisa didengar di suatu tempat didekat  desa.


@rizkypein

Saturday, June 28, 2014

Nahkoda Indonesia

Ini dia makna yang bisa di ambil dari penggalan materi stand up dari Abdur tentang pemimpin - pemimpin di indonesia...



Indonesia bagaikan kapal tua yang berlayar tak tau arah. Arahnya ada tapi nahkoda kita yang tidak bisa membaca, mungkin dia bisa membaca tapi tetapi tertutup hasrat membabi buta. hasyat untuk menghidupi keluarga, saudara, kolega, dan mungkin istri muda.indonesia memang bagaikan kapal tua dengan penumpang yang berbagai rupa ada yang dari sumatera, jawa, sumbawa, madura, hingga papua yang bersatu dalam nusantara.  enam kali sudah kita ganti nahkoda tapi masih jauh dari kata sejahtera.

Nahkoda pertama sang proklamator bersama hatta, membangun semangat pancasila dan terkenal dikalangan wanita, ia pernah berkata mampu guncangkan dunia dengan 10 pemuda.

Nahkoda ke dua, 32 tahun berkuasa datang dengan program yang bernama pelita, bapak pembangunan bagi mereka bagi saya tidak ada bedanya, penumpang bersuara berakhir dipenjara atau hilang dilautan tanpa berita.

Nahkoda ke tiga sang wakil yang naik tahta mewarisi pecah belahnya masa ORBA, belum sempat menjelajah samudera ia terhenti di tahun pertama. dibanggakan di eropa dipermainkan di indonesia, jerman mendapatkan ilmunya, sedangkan indonesia mendapatkan antrian panjang untuk menonton filmnya.

Nahkoda ke empat sang kyai dengan hati terbuka.ia terhenti ketika sidang istimewa ketika tokoh-tokoh negeri merebutkan istana.

Nahkoda ke lima nahkoda pertama seorang wanita, dari tangan ibunya bendera pusaka tercipta.

Nahkoda ke enam, dua kali pemilu mengungguli suara dua kali disumpah atas nama garuda, tapi itu cuma awal cerita, cerita utamanya terpampang dibanyak media. Lapindo, Munir, hambalang, kami menolak lupa.

Sekarang 2014 telah tiba, sa'atnya kita kembali memilih nahkoda. pastika memilih pemimpin yang mengerti bhineka tunggal ika bukannya boneka milik amerika. dan inilah cerita kapal tua kita.

MEDIA PEMBELAJARAN YANG DIHARAMKAN

            Pada tahun 1642, Blaise Pascal yang pada waktu itu berumur 18 tahun, menemukan apa yang ia sebut sebagai kalkulator roda numerik untuk membantu ayahnya melakukan perhitungan pajak. Alat yang dinamakan Pascaline ini menggunakan delapan roda putar bergerigi untuk menjumlahkan bilangan hingga delapan digit. Pada tahun 1935, seorang insinyur konstruksi berkebangsaan Jerman bernama Konrad Zuse membangun sebuah kalkulator mekanik untuk menangani perhitungan matematik yang ada di profesinya. Tak lama setelah keberhasilannya, Zuse memulai pembangunan pada peralatan elektronik terprogram yang ia selesaikan pada tahun 1938. (http://engineeringtown.com/)
            Banyak orang yang sudah menggunakan kalkulator sebagai alat bantu menghitung. Bukan hanya pedagang yang menggunakan kalkulator sebagai alat bantu hitung, investasi lainnyapun juga menggunakan alat tersebut bahkan kalkutor juga bisa dijadikan sebagai media pembelajaran pada pembelajaran matematika di setiap sekolah.
                Pendidik matematika telah lama memahami manfaat kalku­lator dalam belajar matematika. Sejak 1976, NCTM telah mempublikasikan bermacam-macam artikel, buku-buku. dan pernyataan posisi, semuanya menyarankan penggunaan kalkulator secara reguler dalam pengajaran matematika pada semua tingkatan. Pada pernyataan posisinya tahun 2005 tentang perhitungan dan kalkulator, NCTM menjelaskan pan­dangannya yang telah berlangsung lama bahwa ada tempat yang penting dalam kurikulum untuk pengunaan kalkulator dan pengembangan berbagai jenis keterampilan perhitungan. (www.nctm.org).
            Sayangnya penggunaan kalkulator setiap hari di masya­rakat, dan juga dukungan profesional untuk penggunaan kalkulator di sekolah, kurang mendapat sambutan di ruang kelas matematika, terutama pada tingkat sekolah dasar. Hambatan penggunaan kalkulator telah berkurang tapi tidak hilang. Suara miring dari mereka yang tidak setuju dengan gerakan perubahan dalam pengajaran matematika sering memandang penggunaan kalkulator sebagai pembuat bodoh kurikulum. Pandangan mereka sering mempengaruhi orang tua yang menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Orang tua harus lebih waspada pada kenyataan bahwa penggunaan kalkulator tidak akan menghalangi anak dalam mempelajari matematika. Selain itu, orang tua harus belajar bahwa pema­kaian kalkulator dan komputer dibutuhkan oleh siswa dalam memecahkan soal. Kalkulator selalu menghitung sesuai dengan input yang masuk. Kalkulator tidak dapat mengganti pemahaman.
            Banyak guru yang melarang murid-muridnya untuk menggunakan kalkulator pada sa’at mereka mengerjakan so’al ulangan ataupun so’al ujian, padahal kalkulator hanya membantu para murid untuk menghitung bukan memberitahukan siswa cara mengerjakan so’al matematika tersebut. Jadi, apasalahnya jika mengizinkan siswa untuk menggunakan kalkulator pada sa’at mereka mengerjakan so’al matematika. Jika siswa itu memang kurang pandai dalam pelajaran matematika, biarpun dia menggunakan kalkulator sa’at ujian, dia tetap tidak akan bisa mengerjakan so’al tersebut karna dia tidak memahami konsep dan tidak menghafal rumus-rumus dengan baik. Bahkan murid yang pintar sekalipun jika berhadapan dengan so’al yang susah walaupung dia menggunakan kalkulator, dia tetap saja tidak bisa mengerjakannya jika dia tidak mengerti konsepnya terlebih dahulu. Jadi intinya, kalkulator hanya membantu siswa untuk menghitung agar siswa mendapatkan sedikit kemudahan untuk mengerjakan so’al matematika.
            Pembelajaran yang diminta pada masa ini adalah pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan media yang sesuai dengan matapelajaran yang akan diajarkan untuk memudahkan para siswa memahami maksud dari pelajaran yang guru ajarkan atau sampaikan kepada mereka. Jika kita menolak untuk membiarkan siswa  menggunakan kalkulator, itu sama saja dengan menolak menggunakan media pembelajaran dan menolak mengikuti arus globalisasi. Karna media kalkulator adalah sebuah inovasi dalam pembelajaran matematika yang memudahkan para siswa untuk berhitung.


@rizkypein