Saturday, June 28, 2014

MEDIA PEMBELAJARAN YANG DIHARAMKAN

            Pada tahun 1642, Blaise Pascal yang pada waktu itu berumur 18 tahun, menemukan apa yang ia sebut sebagai kalkulator roda numerik untuk membantu ayahnya melakukan perhitungan pajak. Alat yang dinamakan Pascaline ini menggunakan delapan roda putar bergerigi untuk menjumlahkan bilangan hingga delapan digit. Pada tahun 1935, seorang insinyur konstruksi berkebangsaan Jerman bernama Konrad Zuse membangun sebuah kalkulator mekanik untuk menangani perhitungan matematik yang ada di profesinya. Tak lama setelah keberhasilannya, Zuse memulai pembangunan pada peralatan elektronik terprogram yang ia selesaikan pada tahun 1938. (http://engineeringtown.com/)
            Banyak orang yang sudah menggunakan kalkulator sebagai alat bantu menghitung. Bukan hanya pedagang yang menggunakan kalkulator sebagai alat bantu hitung, investasi lainnyapun juga menggunakan alat tersebut bahkan kalkutor juga bisa dijadikan sebagai media pembelajaran pada pembelajaran matematika di setiap sekolah.
                Pendidik matematika telah lama memahami manfaat kalku­lator dalam belajar matematika. Sejak 1976, NCTM telah mempublikasikan bermacam-macam artikel, buku-buku. dan pernyataan posisi, semuanya menyarankan penggunaan kalkulator secara reguler dalam pengajaran matematika pada semua tingkatan. Pada pernyataan posisinya tahun 2005 tentang perhitungan dan kalkulator, NCTM menjelaskan pan­dangannya yang telah berlangsung lama bahwa ada tempat yang penting dalam kurikulum untuk pengunaan kalkulator dan pengembangan berbagai jenis keterampilan perhitungan. (www.nctm.org).
            Sayangnya penggunaan kalkulator setiap hari di masya­rakat, dan juga dukungan profesional untuk penggunaan kalkulator di sekolah, kurang mendapat sambutan di ruang kelas matematika, terutama pada tingkat sekolah dasar. Hambatan penggunaan kalkulator telah berkurang tapi tidak hilang. Suara miring dari mereka yang tidak setuju dengan gerakan perubahan dalam pengajaran matematika sering memandang penggunaan kalkulator sebagai pembuat bodoh kurikulum. Pandangan mereka sering mempengaruhi orang tua yang menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Orang tua harus lebih waspada pada kenyataan bahwa penggunaan kalkulator tidak akan menghalangi anak dalam mempelajari matematika. Selain itu, orang tua harus belajar bahwa pema­kaian kalkulator dan komputer dibutuhkan oleh siswa dalam memecahkan soal. Kalkulator selalu menghitung sesuai dengan input yang masuk. Kalkulator tidak dapat mengganti pemahaman.
            Banyak guru yang melarang murid-muridnya untuk menggunakan kalkulator pada sa’at mereka mengerjakan so’al ulangan ataupun so’al ujian, padahal kalkulator hanya membantu para murid untuk menghitung bukan memberitahukan siswa cara mengerjakan so’al matematika tersebut. Jadi, apasalahnya jika mengizinkan siswa untuk menggunakan kalkulator pada sa’at mereka mengerjakan so’al matematika. Jika siswa itu memang kurang pandai dalam pelajaran matematika, biarpun dia menggunakan kalkulator sa’at ujian, dia tetap tidak akan bisa mengerjakan so’al tersebut karna dia tidak memahami konsep dan tidak menghafal rumus-rumus dengan baik. Bahkan murid yang pintar sekalipun jika berhadapan dengan so’al yang susah walaupung dia menggunakan kalkulator, dia tetap saja tidak bisa mengerjakannya jika dia tidak mengerti konsepnya terlebih dahulu. Jadi intinya, kalkulator hanya membantu siswa untuk menghitung agar siswa mendapatkan sedikit kemudahan untuk mengerjakan so’al matematika.
            Pembelajaran yang diminta pada masa ini adalah pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan media yang sesuai dengan matapelajaran yang akan diajarkan untuk memudahkan para siswa memahami maksud dari pelajaran yang guru ajarkan atau sampaikan kepada mereka. Jika kita menolak untuk membiarkan siswa  menggunakan kalkulator, itu sama saja dengan menolak menggunakan media pembelajaran dan menolak mengikuti arus globalisasi. Karna media kalkulator adalah sebuah inovasi dalam pembelajaran matematika yang memudahkan para siswa untuk berhitung.


@rizkypein

No comments: