Pada tahun 1642, Blaise Pascal yang
pada waktu itu berumur 18 tahun, menemukan apa yang ia sebut sebagai kalkulator
roda numerik untuk membantu ayahnya melakukan perhitungan pajak. Alat yang
dinamakan Pascaline ini menggunakan delapan roda putar bergerigi untuk
menjumlahkan bilangan hingga delapan digit. Pada tahun 1935, seorang insinyur
konstruksi berkebangsaan Jerman bernama Konrad Zuse membangun sebuah kalkulator
mekanik untuk menangani perhitungan matematik yang ada di profesinya. Tak lama
setelah keberhasilannya, Zuse memulai pembangunan pada peralatan elektronik
terprogram yang ia selesaikan pada tahun 1938. (http://engineeringtown.com/)
Banyak orang yang sudah menggunakan
kalkulator sebagai alat bantu menghitung. Bukan hanya pedagang yang menggunakan
kalkulator sebagai alat bantu hitung, investasi lainnyapun juga menggunakan alat
tersebut bahkan kalkutor juga bisa dijadikan sebagai media pembelajaran pada
pembelajaran matematika di setiap sekolah.
Pendidik matematika telah lama memahami
manfaat kalkulator dalam belajar matematika. Sejak 1976, NCTM telah
mempublikasikan bermacam-macam artikel, buku-buku. dan pernyataan posisi,
semuanya menyarankan penggunaan kalkulator secara reguler dalam pengajaran
matematika pada semua tingkatan. Pada pernyataan posisinya tahun 2005 tentang
perhitungan dan kalkulator, NCTM menjelaskan pandangannya yang telah
berlangsung lama bahwa ada tempat yang penting dalam kurikulum untuk pengunaan
kalkulator dan pengembangan berbagai jenis keterampilan perhitungan.
(www.nctm.org).
Sayangnya penggunaan kalkulator
setiap hari di masyarakat, dan juga dukungan profesional untuk penggunaan
kalkulator di sekolah, kurang mendapat sambutan di ruang kelas matematika,
terutama pada tingkat sekolah dasar. Hambatan penggunaan kalkulator telah
berkurang tapi tidak hilang. Suara miring dari mereka yang tidak setuju dengan
gerakan perubahan dalam pengajaran matematika sering memandang penggunaan
kalkulator sebagai pembuat bodoh kurikulum. Pandangan mereka sering
mempengaruhi orang tua yang menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Orang
tua harus lebih waspada pada kenyataan bahwa penggunaan kalkulator tidak akan
menghalangi anak dalam mempelajari matematika. Selain itu, orang tua harus
belajar bahwa pemakaian kalkulator dan komputer dibutuhkan oleh siswa dalam
memecahkan soal. Kalkulator selalu menghitung sesuai dengan input yang
masuk. Kalkulator tidak dapat mengganti pemahaman.
Banyak guru yang melarang
murid-muridnya untuk menggunakan kalkulator pada sa’at mereka mengerjakan so’al
ulangan ataupun so’al ujian, padahal kalkulator hanya membantu para murid untuk
menghitung bukan memberitahukan siswa cara mengerjakan so’al matematika
tersebut. Jadi, apasalahnya jika mengizinkan siswa untuk menggunakan kalkulator
pada sa’at mereka mengerjakan so’al matematika. Jika siswa itu memang kurang
pandai dalam pelajaran matematika, biarpun dia menggunakan kalkulator sa’at
ujian, dia tetap tidak akan bisa mengerjakan so’al tersebut karna dia tidak memahami
konsep dan tidak menghafal rumus-rumus dengan baik. Bahkan murid yang pintar
sekalipun jika berhadapan dengan so’al yang susah walaupung dia menggunakan
kalkulator, dia tetap saja tidak bisa mengerjakannya jika dia tidak mengerti
konsepnya terlebih dahulu. Jadi intinya, kalkulator hanya membantu siswa untuk
menghitung agar siswa mendapatkan sedikit kemudahan untuk mengerjakan so’al
matematika.
Pembelajaran yang diminta pada masa
ini adalah pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan media yang sesuai
dengan matapelajaran yang akan diajarkan untuk memudahkan para siswa memahami
maksud dari pelajaran yang guru ajarkan atau sampaikan kepada mereka. Jika kita
menolak untuk membiarkan siswa menggunakan
kalkulator, itu sama saja dengan menolak menggunakan media pembelajaran dan
menolak mengikuti arus globalisasi. Karna media kalkulator adalah sebuah
inovasi dalam pembelajaran matematika yang memudahkan para siswa untuk
berhitung.
@rizkypein
No comments:
Post a Comment