Saturday, December 27, 2014

Puisi singkat : SORE HARI

Secangkir kopi dan sebatang rokok yang menemani.
Di jam 5 sore ini, aroma yang wangi di temani pelangi di tanah raflesia ini.
Angin yang sepoi-sepoi membawa pikiran melayang di ujung tinggi.
Rupanya ini hanya mimpi.


oleh: Rahmat balok

Thursday, December 4, 2014

PESONA ALAM DI ATAS KOTA ENDE ( PUNCAK GUNUNG IYA )




Setelah sekian lama posting dengan tulisan - tulisan yang serius, sekarang saya mau posting foto" saat liburan di ende. Sebuah gunung berapi yang masih aktif, yang terletak di pusat kota ende memiliki pesona alam yang sangat menakjubkan. ok, tidak usah penjang lebar lagi, berikut ini pesona alam saat pendakian kami menuju puncak gunung Iya di Kota Ende.....






















Wednesday, December 3, 2014

DESA KECIL INI


karya: rahmat balok

Aku melihat langit yang biru.
Mata ini, hati ini dan jiwa ini penuh dengan harapan yang tinggi.
Tapi aku tak tau dengan apa aku disana.
Sehingga hati yang sedih ini segera hilang.
Kebahagiaan yang gelap tanpa tujuan.

Suara itu masih terusik di telinga.
Ucapan selamat tinggal best friend.
Aku berfikir untuk apa aku disini.
Semua telah pergi dengan harapan yang tinggi.

Desa kecil ini, kini menangis dalam sepi.
Menunggu pejuang untuk kembali.
Tanah ini darahku mengalir.
Menjadi saksi bisu yang pasti.
Demi tempat tinggal ku tercinta ku segera kembali.

Tak ada kata seindah doa.
Selain pujian pada sang pencipta.
Yang menjadikan ku seperti ini.
Agar ku bersyukur nikmat yang telah diberi.

Mari Mari....Kita kembali.
Membangun desa kita sendiri.
Semua ada di pundak kita.
Pemuda dan Putri

Wednesday, November 19, 2014

CERITA RAKYAT ENDE-LIO #1 ("Legenda Gunung Iya, Meja, Wongge")


                  Jaman dahulu kala, ada dua orang pria yang bernama Meja dan Wongge serta seorang wanita berparas sangat cantik yang bernama Iya. Karena wajah Iya yang sangat cantik dan mempesona, maka tidak heran jika Iya kemudian menjadi bunga di Ende. Seluruh pria di Ende berusaha untuk mendapatkan cintanya, berlomba untuk bisa menjadikan Iya sebagai kekasih hati termasuk Meja dan Wongge.
                  Namun, Iya lebih menyukai Meja daripada Wongge yang memang berwatak kasar. Pinangan Meja disambut dengan baik oleh Iya, sedangkan pinangan Wongge ditolak. Wongge pun tidak bisa menerima kenyataan ini dan marah besar. Dengan penuh amarah karena cintanya ditolak, Wongge berjanji akan melakukan segala cara untuk menghalangi hubungan antara Iya dan Meja. Wongge berencana untuk membunuh Meja. Wongge berpikir bahwa Meja tidak boleh menikah dengan Iya.
                   Suatu hari, Wongge mendapati Meja dan Iya sedang berjalan bersama, dengan amarah dan dendam Wongge mengambil parangnya dan memenggal kepala Meja seketika itu juga Meja tewas tak bernyawa.  Melihat kekasih hatinya dalam keadaan sudah tak bernyawa lagi, Iya hanya bisa meratap sedih dan menangis di samping tubuh Meja yang sudah tak bernyawa.

                    Hingga sekarang masyarakat Ende percaya parang yang digunakan Wongge untuk menebas kepala Meja menjadi pulau Ende, kepala Meja yang terlepas dari tubuhnya menjadi pulau Koa, Wongge, Iya dan Meja kemudian menjadi 3 gunung di Ende yang masih ada sampai sekarang. Gunung Iya merupakan gunung berapi yang masih aktif sampai sekarang dan masyarakat Ende percaya bahwa jika Iya meletus itu tandanya Iya sedang menangisi kekasih hatinya Meja. Gunung Iya sampai sekarang setia mendampingi kekasih hatinya Gunung Meja di selatan kota Ende. Wongge yang penuh dengan amarah dan kebencian pergi menyendiri  di utara kota Ende.

GAMBAR :


Gunung Meja

Pulau Koa / Kepala Gunung Meja

Gunung Iya

Gunung Wongge

Pulau Ende / Parang Gunung Wongge



Monday, November 3, 2014

SEJARAH KERAJAAN ENDE




            Hingga kini, tidak banyak yang mengetahui asal mula berdirinya kota Ende secara jelas, namun bagian-bagian pencerahan bertumpu pada serpihan-serpihan sejarah yang tercecer kini perlahan mulai terkuak, sehingga munculnya artikel ini menjadi 'turning point' untuk dijadikan pedoman penggalian fondasi sejarah yang utuh. Meski hanya serpihan, namun artikel yang di himpun dari beberapa sumber ini dapat memberi gambaran jelas kemisterian peristiwa masa lampau. Karena itu, pada bagian mukadimah penulis ingin menyampaikan agar setiap pembaca dapat memberikan kontribusi menyempurnakan isi jika dalam artikel ini terdapat kekurangan.

            Penulis memahami, bahwa munculnya artikel ini dapat saja menuai perbedaan tajam antara sumber lisan maupun literatur yang dimiliki penulis. Namun demikian, penulis merasa tertantang untuk menerobos kewenangan sejarah masa lampau yang penuh misteri demi tersemburnya sebuah fakta otentik. Karena ini, penulis mengajak semua para pembaca untuk sama-sama melengkapi tulisan ini. Dari sumber yang tercantum diatas, penulis menemukan beberapa fakta sejarah kota Ende yang konon merupakan sebuah perkampungan kecil (Nua Endeh) dan kemudian berkembang menjadi sebuah kerajaan bernama kerajaan Endeh.

            Dahulu, Ende merupakan tempat persinggahan dan bandar pelabuhan perdagangan antar masyarakat nusantara maupun masyarakat luar. Letaknya yang strategis, berada di tengah-tengah pulau Flores membuat Ende sangat diminati oleh saudagar-saudagar sehingga kaum gujarat, unsur Cina, kaum muslim, kerajaan Majapahit, kesultanan Gowa, kesultanan Bima, Portugis dan Belanda pun kepincut ingin menguasai Ende lewat perdagangan, penyebaran agama maupun agresi-agresi militer.

            Satoshi dalam naskah sejarah Flores mengemukakan bahwa; "Pendiri kerajaan Endeh adalah seorang pria dari Jawa. Beliau menikahi puteri tuan tanah di Endeh dari kampung Numba dan dari kampung Nggela. Sebab itu ia diberi kekuasaan dan hak-hak atas tanah Ende oleh ayahnya mertuanya. Kemudian ia mendirikan dinasti Endeh (Kerajaan Endeh). Ia adalah raja pertama bernama Djari Jawa sekitar abad 15. Nama asli Djari Djawa adalah Raden Husen, seperti nama Islam Jawa". Pada orde ini, kerajaan Ende berdiri secara tradisional tanpa sentuhan pengaruh Portugis maupun Belanda. Namun kerajaan ini tidak berkembang karena sistem kerajaan yang pada waktu itu tidak dimanaging dengan baik, sehingga terjadi stagnasi dalam waktu yang cukup lama.
            Kerajaan Endeh akhirnya dihidupkan kembali pada masa pemerintahan raja Indra Dewa sekitar tahun 1800 atas dukungan raja Gowa (Sulawesi). Pada periode ini, sultan Bima yang juga merupakan keturunan raja Gowa turut berperan membina hubungan kekerabatan dengan raja Indra Dewa. Jauh sebelum masa pemerintahan raja Indra Dewa, bangsa Portugis telah melakukan perniagaan di wilayah Endeh karena Ende merupakan penghasil kayu manis terbesar di dunia. Sehingga untuk mempertahankan mengaruhnya, Portugis mendirikan benteng Rendo Rate Rua di pulau Ende pada tahun 1659-1661. Benteng itu akhirnya dibakar oleh para bajak laut. Hal lain yang menyebabkan terbakarnya benteng Rendo Rate Rua ialah; terjadinya perebutan gadis Rendo dikalangan bajak laut dengan misonaris Portugis. Hubungan kekerabatan antara kesultanan Bima dengan kerajaan Ende berlanjut meski kerajaan Gowa telah runtuh oleh agresi militer Belanda di Sulawesi.

            Di era kolonial Hindia Belanda, terungkap sebuah peristiwa dimana hubungan yang tidak begitu sederhana antara kerajaan Ende dan Pemerintah Belanda. Hubungan itu telah terbina pada kisaran tahun 1890, tahun yang menurut salah satu petugas (de Vries), demarcates periode sebelum 1907.

            Pada bulan Juni 1890, Kupang-menjadi tempat penahanan Bara Nuri seorang mosalaki dan pejuang daerah Ende dari kampung Wolo Are. Baranuri kemudian berhasil melarikan diri dan kembali ke Ende. Pemerintah Kolonial Belanda meminta Aroeboesman raja Ende waktu itu untuk membantu pemerintah menangkap Bara Nuri, namun upaya itu selalu gagal. Setelah kegagalan berulang-ulang, terutama karena keengganan pemerintah Belanda untuk membantu bekerja sama dengan raja, namun raja akhirnya berhasil menangkap Bara Nuri.

            Setelah kembali ke Ende, Bara Nuri meminta bantuan Marilonga salah satu pejuang sekaligus mosalaki di tanah Lio. Mereka mensiasati dan membangun sebuah benteng pertahanan di desa Manu Nggoo sehingga raja Ende menyerang desa itu. Kedua pahlawan Ende ini menguasai masing-masing medan tempur. Bara Nuri di wilayah Ende dan Marilonga di wilayah Lio. Kedua figur ini saling menopang dalam menghadapi agresi Belanda.

            Pada 8 Januari 1891, kapal perang Jawa muncul di teluk Ipi Ende. Dengan bantuan ini dan sekitar 1.000 orang berkumpul oleh upaya raja, menyerang benteng Bara Nuri pada tanggal 10 Januari, dan gagal lagi. Pada bulan Februari, bala bantuan datang dari Kupang atas komando cruiser van Speijck.

            Pada tahun 1896, raja Pua Meno secara resmi ditunjuk sebagai raja Ende oleh Pemerintah Belanda. Upaya untuk menangkap Bara Nuri pun dilanjutkan raja Pua Meno yang diangkat Belanda.

            Melihat bahwa Bara Nuri tidak akan menyerah meskipun dihujani serangan bertubi-tubi oleh kekuatan Belanda, lalu Belanda pun mengirimkan posthouder (Rozet) untuk melakukan perundingan gencatan senjata. Setelah menyimpulkan perdamaian, Bara Nuri akhirnya memutuskan untuk keluar hanya untuk ditangkap oleh posthouder. Ini suatu perbuatan pengkhianatan yang dilakukan oleh posthouder pada waktu itu. 

            Menurut 'de Vries' pada waktu itu, tahun 1910 posthouder menggunakan strategi (trap) jebakan bahwa Bara Nuri akan diangkat jadi raja Endeh sehingga ia harus datang ke Endeh agar dapat dipilih sebagai Raja (vries-10: 28).

            Dalam waktu yang hampir bersamaan sekitar tahun 1904, perang pecah di beberapa wilayah diantaranya Nanga Baa, Watu Sipi dan beberapa wilayah Lio lainnya. Sehingga Pemerintah Belanda cepat mengirim sebuah kapal, HM Mataram, untuk membantu raja.

            Dalam rangkuman de Vries, situasi politik onderafdeeling Endeh sebelum tahun 1907; Pengaruh pemerintahan Hindia Belanda tidak lebih jauh, melainkan hanya sekitar wilayah kota Ende sebab mereka selalu dihadang oleh Marilonga di wilayah Lio.

KLAIM KESULTANAN BIMA ATAS ENDE;

            Dalam kurun waktu tahun 1800 hingga 1900-an, hubungan kerajaan Bima dan kerajaan Ende sangat erat. Hal ini dapat terlihat dari bukti naskah otentik berupa surat menyurat antara raja Bima, Sultan Ismail dan raja Ende, Indra Dewa. Isi surat tersebut mengisyaratkan bahwa kedua kerajaan ini harus saling menopang antara satu dengan yang lain. Hubungan kedua kerajaan ini telah terbina sejak klaim hikayat kekuasaan Bima masa Tureli Nggampo, sang Makapiri Solo.

            Sebagaimana yang belum banyak diketahui, bahwa berdirinya kerajaan Ende tidak terlepas dari pengaruh Bima sehingga menurut naskah H. Achmad/Held [1995:148, 152-3], proses pengangkatan raja Ende harus berdasarkan mufakat kerajaan Bima. Hal ini menunjukan karakter yang khas klaim legendaris Bima versi "Dewa Sang Bima" dan "Makapiri Solo".

            Isi dari surat raja Bima [Sultan Ismail] di tulis pada 22 Jumadialkhir 1267 H ( 24 April 1851). Bunyi surat itu sebagai berikut:

            :___"Bahwa Paduka Duli Yang Dipertuan Kita Seri Sultan Bima menaruh tanda serta cap didalam ini kertas sebab ada AtanggaE anak Raja Endeh yang bernama AtanggaE Itung, AtanggaE Nuh dan AtanggaE La Bukana, dan AtanggaE Dua dan Jenangoco Sumba bernama Adam yang dititahkan oleh segala kepala-kepala Endeh yang datang meminta perintah, serta idzin kepada Duli Yang Dipertuan Kita kedua dengan tanah Bima, serta dipintanya seorang Kepala Menteri di Bima akan menggelarkan atau mendirikan Rajanya, yang sebagaimana telah dibiasakan oleh raja-raja yang dahulu-dahulu, karena segala Kepala-Kepala sampai segala rakyat Endeh telah sudah bersatuan mufakat dan kesukaan AtanggaE Indra Dewa itulah menjadi Raja yang memerintahkan kepada antero tanah Endeh dan AtanggaE KarsiA itu menjadi Kepala Bicara yang memegang istiadat tanah Endeh.

            Maka adalah Duli Yang Dipertuan Kita kedua dengan tanah Bima terlalu suka hati, sebab Kepala-Kepala Endeh masih juga ingat pekerjaan yang dahulu-dahulu, yang sebagaimana pekerjaan raja-raja yang dahulu mahrum serta dikuatinya dan diteguhinya kehendak orang banyak itu, karena tanah Endeh di bawah perintah tanah Bima memang dari dahulu kala sampai sekarang ini.

            Dari pada itulah Paduka Tuan Kita kedua dengan tanah Bima memberitahukan tuan Petor Bima bernama Tuan Schietno, maka Paduka Tuan Petor menerima dengan kesukaan hati akan meneguhinya serta menguatinya yang sebagaimana yang telah dimufakatkan oleh tanah Bima dengan tanah Endeh yang seperti pekerjaan raja-raja yang dahulu-dahulu sampai sekarang, Tuan Petor Bima menaruh tanda tangan serta cap di dalam kertas. Tertulis pada malam Kamis dua likur hari bulan Jumadilakhir 126."_____:

Surat Balasan Dari Raja Indra Dewa,

            Dua tahun kemudian, tepatnya 2 Syawal 1269 H (3 Agustus 1853), muncul surat balasan dari raja Indra Dewa untuk raja Bima. Bunyi surat itu sebagai berikut:

            :___" Waba'du kemudian dari pada itu adalah Paduka Adinda dan sekalian raja-raja bermahlum perihal Adinda mempersembahkan warakat secarik kecil dengan tiada sepertinya akan menjadi Rabitulmuhib yang tiada mangkata' lagi adanya Adinda dengan Seri Paduka serta membikin surat kiriman yang dibawah oleh AtanggaE Itung itu telah sampailah dengan sejahtera kepada tuju belas hari bulan Julkaidah, maka Adinda baca daripada awal setera hingga akhirnya.

            Maka telah mahfumlah apa yang disebut didalamnya itu, dan jikalau ada kiranya hendak menanyakan hal ihkwal tanah Endeh, Alhamdulillah di dalam hairunnasirin, maka adalah sekalian raja-raja mengkhabarkan Seri Paduka akan Raja sudah mufakat mengangkat Raja Indra Dewa, maka itulah Raja mengkhabarkan Seri Paduka karena tanah Bima dengan tanah Endeh tiada boleh bercerai dari dahulu sampai sekarang demikianlah adanya. Tertulis di dalam negeri Endeh, dua puluh tujuh hari bulan Syawal pada hari Rebu seribu dua ratus enam puluh sembilan"____:

            Dari bunyi naskah surat Sultan Bima diatas, dapat ditafsirkan bahwa hubungan kekerabatan antara kedua kerajaan ini telah lama sekali berlangsung dan menunjukan penemuan bukti legitimasi kerajaan Bima atas Endeh seperti yang tertuang dalam kutipan; "Meminta perintah serta Idzin". Hal ini dapat diartikan klaim souverenitas hegemoni Bima yang "Makapiri Solo" bahwa kepala-kepala Endeh masih ingat pekerjaan yang dahulu-dahulu yang sebagaimana pekerjaan raja-raja dahulu marhum, karena tanah Endeh dibawah perintah tanah Bima dari dahulu sampai sekarang ini.

            Seperti diketahui bahwa klaim "Makapiri Solo" sudah terjadi sejak masa Tireli Nggampo pada tahun 1660 di negeri Bima. Itu berarti klaim dan hubungan kerajaan Bima dengan kerajaan Endeh telah terbangun pada tahun 1660. Kendati demikian, penulis menangkap bahwa ada frase sejarah yang hilang ditengah hiruk pikuknya perkembangan Ende masa kini. Penulis mensinyalir klaim ini bukan saja melekat di pojok-pojok mimpi namun juga terdapat langgam "politik luar negeri" Kesultanan Bima agar mendapat simpati Belanda. Hanya saja, kurangnya literatur sejarah Endeh membuat klaim tersebut seolah memperteguh bahwa Endeh pada masa yang lampau adalah benar berada dibawah kekuasaan Kerajaan Bima.


Terimakasih, semoga bermanfaat! (Y)

Oleh: Marlin Bato
Sumber:https://www.facebook.com/notes/marlin-bato/sejarah-kerajaan-endeh-dan-klaim-bima-atas-endeh/10151631393079532#


Wednesday, October 29, 2014

SEJARAH ENDE


ASAL MULA BERDIRINYA KOTA ENDE

Oleh: Marlin Bato
            Cerita asal mula berdirinya Nua Ende meningkat menjadi Kota Ende, samar-samar saja. Dongeng-dongeng yang mengarah kesana tidak sama benar. Fragmen sejarah tidak memberi kejelasan. Karena itu tidak mudah memberikan jawaban atas pertanyaan : Oleh siapa dan kapan Nua Ende di mulaikan. Mythos yang samar-samar perlu diteliti bersampingan dengan fragmen sejarah, agar dua sumber ini Bantu- membantu dalam usaha mencarikan jawaban yang baik.

I. Segi Mythos

            Mythos didirikan Nua Ende adalah unsur pra sejarah yang dapat dijadikan sumber penelitian. Dongeng-dongeng yang diteliti ini adalah kutipan dari karangan S.Roos “ Iets Over Ende “ dan karangan Van Suchtelen tentang onderafdeling Ende.
            S.Roos membicarakan antara lain masalah berdirinya Nua Ende dan Tanah Ende B.B.C.M.M. Van Suchtelen Kontroleur onderafdeling Endemengemukan mythos Dori Woi, Kuraro, Jari Jawa. Perbedaan antara S.Roos dan van Suchtelen ialah mythos Kontroleur S.Roos (Sumbi) dibawakan dengan umum saja, sedangkan mythos Van Suchtelen diceritakan dengan diperinci.

S.ROOS Tentang Nua Ende ,Tana Ende

            Walaupun tidak diperinci namun ceritera yang dikemukan Roos amat berharga. Diceriterakan kepadanya tahun 1872 bahwa kira-kira sepuluh turunan lalu sudah turun dua orang dari langit, Ambu Roru lelaki dan Ambu Mo` do wanita. Mereka kawin dan mendapat lima anak, tiga wanita dua lelaki. Satu wanita menghilang tanpa kembali lagi. Empat anak yang lain melanjutkan turunan Ambu Roru dan Ambu Mo`do
            Pada suatu hari, Borokanda, Rako Madange, Keto Kuwa bersampan dari Pulau Ende ke Pulau Besar karena mereka memasang bubuk disana, untuk menangkap ikan.Mereka mendapat banyak ikan yang separohnya mereka makan ditempat dan yang sisa mereka bawa ke rumah. Sementara makan itu datang tuan tanah Ambu Nggo`be yang diajak turut makan.Pertemuan mereka membawakan persahabatan.
            Ambu Nggo`be mengajak orang-orang itu meninggalkan Pulau Ende supaya berdiam dipulau besar. Anak isteri dan harta milik dapat diboyong kemudian.Ambu Nggo`be berikan tanah dengan syarat mereka harus bayar, satu gading dan se utas rantai mas. Bahan warisan itu masih disimpan Kai Kembe seorang turunan lurus Ambu Nggo`be. Jadi semua syarat dipenuhi dan diselesaikan.Mereka menebang pohon dan semak memulaikan perkembangan yaitu Nua Roja yang kemudian diganti dengan nama Nua Ende.
            Terjadi kawin mawin antara penduduk asal pulau Ende dan penduduk asli. Maka putera Ambu Roru kawin dengan putera Ambu Nggo`be.Beberapa waktu kemudian datang seorang lelaki dari Modjopahit dengan mengendarai ngambu atau ikan paus. Ia berdiam di Ende dan kawin dengan wanita anak putera ambu Roru dan Ambu Nggo`be .Pun seorang Cina berdiam di Ende dan kawin dengan dari keluarga sama ini. Orang Cina itu bernama Maga Rinu ( Sic Bapak Kapitan Nggo`be ).
            Dari ceritera ini dapat disimpulkan bahwa Nua Ende dimulaikan oleh Ambu Nggo`be dan bantuan Ambu Roru dari Pulau Ende dan bantuan orang Majapahit serta orang Cina. Pengambil inisiatip dan penanggung jawabannya ialah Ambu Nggo`be sebagai tuan tanah besar.

B.B.C.M. Van suchtelen tentang Ende dan tana Ende.

            Tiga dongeng berikut ini lebih terperinci yakni dongeng Dori Woi, Kuraro dan Jari Jawa.

A. Mythos Dori Woi
            Atas kebaikan Dori Woi, Sanga Kula menjadi penduduk pertama Pulau Ende. Karena tidak mempunyai anak ia jadikan Raja Redo anak angkat. Redopun tidak mempunyai anak sehingga Ambu Roru dijadikan anak angkatnya. Ambu Roru kawin dengan Puteri Nuru Laila ( Nur Laila) asal daun lontar dan mendapat dua anak wanita, Ambu Mo’do dan Peteri Samasa. Puteri Samasa berangkat ke langit dan menghilang. Tetapi ia turun lagi ke Luwu, lalu kawin dengan seorang putera Luwu. Mereka ini menurunkan raja-raja Luwu di Sulawesi. Ambu Modo kawin ambu nggo’be dari Onewitu. Seorang puera mereka Mosa Pid kawin dengan wanita Sumba kemudian dengan wanita Nggela. Dari perkawinan ini dilahirkan dua puteri Soru dan Toni. Soru kawin dengan Lesu Bata dari Sikka( teks asli Lika) dan menurunkan raja-raja Sikka. Toni kawin dengan Ambu Jua dari Ambutonda, menurunkan raja-raja Ende. Jelas dari dongeng Dori Woi bahwa ia penurun turunan raja-raja tetapi melalui Ambu Nggo’be. Ambu Nggo’be kawin juga dengan wanita dari Sikka bernama Sodong ( sic Bapak Kapitan Nggo’be). Dari cerita ini dapat dilihat bahwa berbagai orang turut membangun Nua Ende. Tetapi pengambil inisiatip dan penanggung jawabnya adalah tuan tanah yaitu Ambu Nggo’be.

B. Kuraro dan Nua Ende, Tana Ende

            Seorang puteri Tonggo hamil dari kerbau putih. Ketika ayahnya mau membunuh kerbau ia halang-halangi karena kerbau putih itu suaminya. Ayah marah dan menolak dia dari gunung ke lembah. Dari peristiwa ini perempuan itu disebut Ambu Kora. Ia lahirkan puteranya Raro. Mereka berpindah ke Pulau Ende lalu tinggal dengan Sugi Mbo, Mosa Pio. Dalam perang dengan Numba mereka bantu Barai lawan Numba. Ketika Numba dan Barai bersatu lagi mereka terpaksa meminta tanah tempat kediaman kepada Embe Nggo’be dari Detu Kou. Tanah yang diberikan dibagi oleh Mosa Pio ialah Kora dan Raro mendapat Kuraro serta Sugi Mbo dan Mosa Pio mendapat yang sisa dimana mereka mendirikan Nua Ende. Pun cerita ini menjelaskan bahwa berbagai orang turut dalam meletakkan dasar bagi Nua Ende tetapi penanggung jawab resmi dan terutama ialah tuan rumah Ambu Nggo’be yang realisasinya memanfaatkan berbagai tenaga sahabat.

KESIMPULAN MYTHOS S. ROOS DAN VAN SUCHTELEN

            Dari cerita donggeng-donggeng ternyata peranan Ambu Nggo’be menentukan, karena mempunyai kedudukan sebagai tuan tanah besar. Jadi usaha membangunkan Nua Ende ada suatu usaha menurut rencana Ambu Nggo’be. Dasar Nua Ende ini dalam perkembangannya sejarah meningkat menjadi Kota Ende. Dalam kegiatan membangun Kota Ende, Ambu Nggo’be memanfaatkan berbagai tenaga antara lain Ambu Roru, Sugi Mbo, Mosa Pio, Jari Jawa, Maga Rinu. Dua tenaga akhir adalah tenaga Jawa Majapahit dan tenaga Cina karang kapal. Jadi jawaban mythos terhadap pertanyaan siapa yang mendirikan kota Ende ialah Ambu Ngoo’be, cs Nua Ende di zaman Ambu Nggo’be adalah kota Ende in making.


Cacatan:
            S. Roos 1872. Tanah Ende terdiri dari satu negeri besar didataran pesisir. Batas-batasnya : Barat teluk Ende, Timur teluk Ipi, Utara gunung-gunung Ende, Selatan Gunug Meja, Roja, Ia serta Tanjung Ia yang menceraikan teluk Ipi dari teluk Ende.
            Nua Ende terletak menyusur pantai. Tak terlihat dari pantai sebab ditutup duri perang (cactus). Jalan-jalannya sempit berduri perang juga. Nua Ende terbagi atas lingkungan – lingkungan :
            Ai Wani Sapu – Ai Wani –Ai Wani Tonda- Ndao- Emburima.Wani Wona – Embu Gaga – One Kota.Potu – Aembonga- Pemo.Manubara- Koposawu – Ambu Tonda.Ambu Wona – Ambu Dai – One Witu.Kuraro – Kerimando – Reko.
            Penduduk Ende itu penduduk campuran dengan orang Sumba, Bima/Sumbawa, Pijo, Makasar. Pengaruh Makasar nampak jelas, pun dalam berpakian pengaruh Makasar itu nampak sekali.

II. Segi Sejarah

            Dr. G. P. Rouffare tandaskan : sumber Eropah terbaik untuk mengenal pulau-pulau dikawasan Timur Nusantara ialah Kisah Pelajaran Pigafeta. Ia turut pelayaran mengelilingi dunia 1519 / 1522, dikepalai oleh Fernao de Magalhaes. Setelah gugur 27 April 1521 di Matan dekat Zebu-Filipina, Yuan Sebastian de Elcano mengambil alih pimpinan. Dari lima kapal yang turut hanya satu kapal yang selamat yaitu kapal Victoria. Pencatat peristiwa harian yang tertib dalam pelayaran ialah Pigafeta. Dalam mengusut unsure histories dimanfaatkan buku karangan C. C. E. M. Lerouc, berjudul : De Elcanos tocht door den Timor – archipel met Magalhael ship Victoria. Buku ini diterbitkan di Weltevreden 1928. beberapa fakta yang berhubungan dengan Ende akan digencet dengan teliti.
Kutipan halaman 46 dst.
            Judul dari sub bab : pemberitaan Pigafeta mengenai deretan pulau antara Timor dan Jawa. Teks asli berbahasa Spanyol, teks Belanda diterjemahkan Leroux, teks Indonesia oleh Pater Piet Petu. “ dikatakan kepada kami (demikian Pigafeta) bahwa satu hari pelayaran dari sini ( Timor) dengan mengambil arah barat laut, akan kami temukan satu pulau dimana terhadap kayu manis (canella), dan pulau itu disebut Ende. Penduduknya kafir dan belum mempunyai raja. Disebutkan juga pulau-pulau yang terletak diantara Timor dan Jawa sampai Malaka : Ende, Tana Butun, Creueo, Chile, Bimakore, Aranaran, Mani, Sumbawa, Lomboch, Chorum, Java Major.”
            Catatan dibuat ketika kapal Victoria berada di Atapupu (Atafufuz), antara Maubara dan Batu Gade 25 / 26 Januari 1522. Jadi mereka ada dalam pelayaran dari Timor menuju Jawa mengarungi laut Chidul.

NEGARA KERTAGAMA 1357

            Sumber ini menceritakan perebutan wilayah oleh Majapahit dikawasan Timur Nusantara untuk mengalahkan Domp. Sumber ini tidak menyebut nama Ende. Tetapi satu sumber lain historis of Java Majapahit ( Vol II edisi 4 London 1817, hal. 121)
            Pemberitaan itu dikutip Rafles dari manuskrip Natakoesoema mengenai kawasan Timur Nusantara : Sumenep, Bali.
            Di tulis dalam manuskrip itu bahwa Ende adalah jajahan Majapahit direbut oleh Andya Ninggrat atau Ratu Pengging.
            Route pelayaran 1357, melalui Larantuka, Solor menuju Laut Sawu mengunjugi pulau-pulau ; Timor, Ende atau Flores, Sumba, Bima mungkin juga Sabu (dimana terdapat kerajaan Majupai. Hubungkanlah peristiwa ini dengan myhthos Jari Jawa di Ende). Ceritera expedisi Majapahit disebut dalam Mythos yang dapat mempunyai dasar histories sehingga merupakan fakta-fakta yang didonggengkan. Atas dasar ini Natakoesoema menyebut Ende itu jajahan Majapahit sehingga dimanfaatkan Raflles dalam menyusun bukunya The history of Java.
            Mendahului penerbitan buku, History of Java 1872, Pigafeta duluan menyebut Ende sebagai pulau penghasil kayu manis : 25/26 Januari 1522.
            “ Arah Barat Barat Laut terdapat kayu manis dipegunungan (pemisah) yang memanjang diseluruh pulau, terutama Ende Utara dan Manggarai. Kayu manis itu adalah produk biasa disana”.
            Dengan nama “ pulau kayu manis “ Pigafeta maksud di Pulau Besar bukan Pulau Ende kecil itu. Berdasarkan alasan bahwa pulau besar ini oleh Pigafeta disebut Ende, maka harus ada dasar yang benar ialah Nua Ende atau Tana Ende sudah ada mendahului pemberitaan Pigafeta.
            Pada catatan kaki 2 terdapat kutipan C. C. F. M. Leroux dari buku P. A. van Tiele 1886 berjudul : Timbulnya kekuasaan Belanda di Hindia Timur. Halaman 19. Van Tiele mengutipnya dari surat Apollonius Scotte, tentang perebutan pulau Solor 1613.
            “ Dari penduduk yang masuk kekuasaan kita (VOC) termasuk juga YNDE( Ende ) dan Galliau (kayian).”
            Dikutip juga oleh van Tiele Mai 1614 bahwa tempat-tempat berdagang yang bertetangga dengan Solor di selatan ialah : Inde (Ende) Cicka (Sikka) dan Bajou (Bajo = Maumere ) dan Galliou ( Kayian) di utara.
Unsur Hindu Jawa di Ende 1357 (?) (kutipan halaman 41)
            Pengaruh Majapahit disiratkan dalam donggeng yang tak jelas. Jari Jawa sudah datang dari Jawa mengendarai seekor ikan paus (ngambu). Ia menjadi raja I di Ende. Berita ini harus digencet dengan teliti dan kritis. Alasannya ialah karena pemberitaan Pigafeta tanggal 25/26 Januari 1522 mengatakan belum ada raja. Jadi ceritera Jari Jawa sebagai Raja I di Ende itu adalah ceritera belakangan, yakni sesudah 25/26 Januari 1522.
            Dongeng yang dibawakan di Wolomari Ende Utara mengatakan, penduduk pertama Ende berasal dari Majapahit (lelaki, wanita, anak-anak). Ceritera ini harus diartikan dengan kritis karena tidak ada tanda-tanda transmigrasi penduduk Majapahit ke Ende. Ceritera yang historis mengatakan bahwa terjadi ekspedisi militer tahun 1357.
Unsur Cina di Ende
            Ceritera seorang Cina yang menderita karam kapal dan diselamatkan di Ende dan kemudian menetap dan kawin disana (sie Roos) perlu diteliti dengan hati-hati. Nama orang Cina itu (sie Bapak Kapitan Nggo’be) ialah Maga Rinu.(Turunannya mungkin ada di Ambugaga)
            Tetapi menurut sejarah sumber Tionghoa membicarakan hanya pulau Timor sebagai pulau penghasil kayu cendana yang digemari.
            Dalam abad ke X pulau Timor belum dikenal dalam pemberitaan tua Cina. Waktu itu kayu cendana disebut santulum sebagai produk Pulau Jawa. Dikatakan juga bahwa produk ini hampir punah karena terlampau banyak digunakan untuk membuat ukiran-ukiran kayu dan untuk hulu keris. Pemberitaan lebih kemudian dari Tiongkok tahun1300 menyebutkan Pulau Timor itu Ti-wu. Pemberitaan oleh Chau Ju Kua dalam karangannya bernama Chu-fauchi membahas tetang kayu cendana di Timor, bahwa pulau ini takluk kepada kepada Jawa yang disebut cho-p’o.
            Tentang pulau Borneo dikatakan terletak dekat Ti-mon (Ti-mor ) dan pulau Borneo mereka sebut Po-ni. Tetapi berita tua dari Cina tentang Ende tidak ditemukan dalam sumber-sumber tua misalnya Pigafeta.
Ende, 15 Nopember 1974
Penyusun ,
( Pater Piet Petu, SVD )



Sumber: portal.endekab.go.id/selayang-pandang/sejarah-ende.html

AKU TABAH KARNA CINTA



Karya : rahmat balok

Pada hari itu, aku mendengarkan seseorang mengatakan cinta telah mengubah beras menjadi bubur. Tetapi aku bingung, apakah ini nama cinta?
Aku mulai mencoba untuk mengerti, jalannya menuju cinta. Pada 15 februari, cerah awan sangatlah indah. Aku terus mengingat kata-kata cinta yang dikatakan seseorang tersebut.
Cinta tuhan, tidak dapat di hitung dengan mulut. Tapi hanya dapat dilihat oleh selapis mata, bahwa cinta telah memberi kita kebersamaan. Dalam cinta, awan-awan yang bertumpukan dan ombak yang beralun serta matahari yang terang, telah memberikan sebuah harapan cinta segudang dunia.
Hari-hari terus berlalu, seakan-akan pohon ingin bicara tentang cinta. Bulanpun mengeluarkan bintang, seolah-olah cinta telah bicara. Seperti kata temanku, jika bintang telah keluar maka cinta akan bersinar. Para remaja, mulai bersolek dalam dalam tatapan kaca. Para orang tua mulai bicara, cinta itu dalam dan jauh seperti bintang, jadikan cinta dalam kebaikan.
Begitu cepat hari berlalu, Buloh seuma tetap seperti itu. Banyak orang yang berpindah ketempat lain, seperti burung ingin terbang tinggi mencari tempat yang indah seperti pelangi. pemerintah mulai berjanji, Buloh seuma akan menjadi maju seperti istana lainnya. Rupanya itu adalah syair kebohongan lagunya, untuk merayu dan menipu rakyatnya.
Kawan-kawan berkata,”bagaimana kamu bisa bertahan tanpa jalan, lampu yang tiada, jaringan yang terputus. Kawan, itulah cinta dalam gelap ia terang. Pedang yang tumpul menjadi tajam. Apa boleh buat, seperti lagu Rhoma bersakit-sakit dahulu baru bahagia kemudian. Kapan kebahagiaan itu datang biarlah tuhan yang merencanakan dan kami hanya bisa berusaha agar mudah melangkah menuju jalan kesejahteraan.
Masyarakat mulai tak tenang, mereka menunggu terus-menerus janji dari pembual pemerintahan. Rasanya tak habis-habis, seperti lagu yang di putar untuk durasi seratus tahun sehingga rakyat terus terlena dibawa irama bersama angin yang membuat mereka tertidur.
Persoalan terus menambah dengan kemajuan saat zaman ini, apa daya Buloh seuma terus ketinggalan pendidikan, pembangunan, transportasi dan ilmu pengetahuan masih sangat minim. Peluang kerja sangat kecil dan anak banyak terputus sekolah akibat biaya yang tak sanggup dari orang tua.
Tapi anak-anak tersebut. Terus berusaha sekuat mungkin, seperti benteng yang menjaga rajanya dari senjata. Perjuang untuk pendidikan terus dilakukan walapun itu hanya sebatas SD, SMP dan SMA.
Buloh seuma terdiri dari tiga desa pertama,” Desa kuta padang, kedua desa raket dan ketiga desa gampong tengoh. Pekerjaan Penduduk rata-rata petani dan pelaut. Dan juga menghasilkan madu asli. Mereka selalu berjuang untuk anak-anaknya, agar suatu hari nanti mereka menjadi lebih baik dari mereka dan Buloh seuma menjadi maju dan itu adalah harapan masyarakat buloh seuma. Ada beberapa mahasiswa buloh seuma, yang menyambung kependidikan perguruan tinggi. Dengan usaha yang cukup keras, mereka ini terus berjuang dalam ilmu pendidikan, agar buloh seuma menjadi lebih baik ke depan.
Mereka adalah pemuda dan putri, yang pantang menyerah dan mereka membuat tekad serta niat yang kuat. Seperti langit yang tak akan jatuh kebumi itulah tekad mereka untuk bisa berpendidikan.
Mahasiswa Buloh seuma, melakukan aksi demo di simpang lima banda Aceh dan di kantor gubenur untuk meminta keadilan. Seperti tertera di pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradap. Tapi pemerintah tetap saja memberikan janji palsu.
Masyarakat akhirnya, sepakat tiga desa kemukiman buloh seuma ini untuk berpindah ke kabupaten Aceh singkil dan mengembalikan kartu tanda penduduk(KTP). Karna mereka menggap kab Aceh selatan, hanya bisa memberi harapan angin yang berlalu tidak ada tujuannya.
Berita ini, menggemparkan pemeritahan Aceh selatan. Karna tak ingin Buloh seuma menjadi wilayah Aceh singkil. Pemerintahan Aceh selatan, lansung turun di buloh seuma agar bisa bicara langsung dengan masyarakat. Mereka sama saja lagu lama masih saja di putarkan walaupun sekarang jalan dibuat hanya bisa berjalan seperti lompatan kodok masih saja mereka memberi harapan palsu.
Aku mencoba mengerti sinar matahari, dan aku mulai menghargai gelap malam tiba. Ketika semua telah di pahami maka arti akan bernilai dalam perjalanan kehidupan ini. Masyarakat mulai menilai bukan cinta yang tabah, tapi seharus kita yang tabah terhadap cinta. Karna cinta membuat kita bersatu untuk maju, satu kan tangan berpegangan bersama agar kuat sehinngg tak terlepaskan pada titik tujuan.


Tamat.

Thursday, August 14, 2014

RIWAYAT TERBENTUKNYA DANAU KELIMUTU



            Gunung Kelimutu ( 1641 m dpl ) tumbuh di dalam Kaldera Sokoria atau tubusa bersama dengan  G. Kelido ( 1496 m dpl ) dan G. Kelibara ( 1740 m dpl ). Ketiganya membangun kompleks yang yang bersambungan kecuali G. Kelibara yang terpisan oleh lembah dari Kaldera Sokoria. Letak puncak-puncak gunung api ini terjadi karena perpindahan titik erupsi melalui sebuah celaah yang menjurus lebih kurang Utara – selatan.
            Dari ketiga gunung tersebut Gunung kelimutu merupakan kerucut tertua dan masih memperlihatkan aktivitas sampai sekarang yang merupakan kelanjutan kegiatan gunung api tua Sokoria.
            Tubuh gunung Kelimutu dibangun oleh batuan Piroklastika (bom, lapili, scoria, pasta, abu, awan panas, daan lahar) serta lelehan lava. Permukaan lerengnya berkembang ke araah timur, tenggara dan barat daya dengan tofografi kasar sedang dibangun oleh aliran piroklastika dan lahar serta lelehan lava andesit, penyebaran lereng barat selatan berelief sedang, dibangun oleh kegiatan Kelimutu muda tapi terhalang oleh G. Kelibara, edangkan lereng barat dan utara memperlihatkan morfologi berelief kasa.
            Pada puncak Kelimutu terdapat 3 buah sisa kawah yang mencerminkan perpindahan puncak erupsi. Ketiga sisa kawah tersebut kini berupa danau kawah dengan warna air yang berlainan daan mempunyai ukuran diameter yang berfariasi, bernama Tiwu Ata polo ( danau coklat sekarng ), Tiwu Nuwa Muri Ko’o Fai ( danau biru sekarang ), dan Tiwu Ata Mbupu ( danau hijau tua sekarang ).




Tiwu Nuwa Muri Ko’o Fai 

Tiwu Ata polo

Tiwu Ata Mbupu
Sumber : Direktorat Vulkanologi Ditjen Geologi dan Sumber Daya Mieral, 1990

Wednesday, August 13, 2014

BURUNG GAWIGURA ( BURUNG ARWAH DI DANAU KELIMUTU )

Burung garugiwa (Pachycephala nudigula) atau penduduk setempat menyebutnya Burung Arwah . Kepala burung ini berwarna hitam, sedangkan badan, sayap, hingga ekor berwarna hijau kekuningan! Satwa ini tidak ada di tempat lain.

Burung-burung tersebut mulai berkicau sekitar pukul 08.00 Wita. Mereka berada di puncak kawah Danau Kelimutu.


Suara kicauan burung garugiwa kencang, nyaring, bersahutan menghiasi pagi di Danau Kelimutu.


Suara itu bagaikan sambutan selamat datang yang ramahn kepada setiap pengunjung yang datang. Biasanya, kicauan burung garugiwa terdengar hingga pukul 10.00 saja.


Kicauan burung ini berbeda-beda sesuai ketinggian. Pada kawasan 1.400 meter di atas permukaan laut, ada sekitar 12 kicauan.
Burung Garugiwa



Menurut penduduk setempat, pada ketinggian lebih dari 1.400 meter di atas permukaan laut, terdapat burung- burung yang memiliki sekitar 17 kicauan. Makin tinggi tempatnya, makin banyak kicauan burung yang terdengar!


Burung-burung garugiwa sepertinya tidak pernah absen berkicau setiap pagi. Karena itulah, masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Kelimutu menyebutnya burung arwah.




sumber: http://www.klikunic.com/2012/05/garugiwa-burung-arwah danau-kelimutu.html

pots by: @rizkypein

Monday, June 30, 2014

Dongeng singkat (Lagu Penyihir Yang Tak Terlupakan)



            Ketika ia mencapai usia dewasa, penyihir tidak lagi berbicara kepada orang lain. Karena takut bahwa mereka akan dimakan, penduduk desa waltz haagen mulai membenci dia. Penyihir membangun dinding yang tak terlihat yang mengelilingi desa.  Seseorang berkata,  orang yang diizinkan untuk masuk desa, tapi tidak bisa melarikan diri. Suatu hari, seorang anak yang hilang selama tiga hari mengulangi nama penyihir sebanyak tiga kali dan mulai tertidur  nyenyak. Warga kota berdiri lagi dan mengambil obor di tangan mereka dan membakar rumah penyihir pada saat itu, putri waktu turun dari langit dalam cahaya terang dan memadamkan api yang membara itu. Dia memberikan sinyal ke penyihir dan keduanya mengangguk. dinding pelindung desa menghilang , rakasa besar muncul di luar desa. Setelah pertempuran panjang, penyihir dan putri merubah raksasa menjadi batu. Sekali lagi desa kembali damai. Ketika anak yang tertidur tadi terbangun dari tidurnya, ia mengatakan kepada orang-orang desa, bahwa penyihir telah membuat dinding untuk melindungi mereka dari rakasa, dan untuk dinding tersebut tetap ada, ia tidak lagi bisa berbicara . Seluruh penduduk desa berterima kasih  kepada penyihir dan memintanya untuk berbicara sebelum dia pergi ke istana putri waktu. Namun, penyihir tidak berbicara. sebagai gantinya, dia malah bernyayi.  Namanya tidak lagi dikenal, tapi lagunya masih bisa didengar di suatu tempat didekat  desa.


@rizkypein

Saturday, June 28, 2014

Nahkoda Indonesia

Ini dia makna yang bisa di ambil dari penggalan materi stand up dari Abdur tentang pemimpin - pemimpin di indonesia...



Indonesia bagaikan kapal tua yang berlayar tak tau arah. Arahnya ada tapi nahkoda kita yang tidak bisa membaca, mungkin dia bisa membaca tapi tetapi tertutup hasrat membabi buta. hasyat untuk menghidupi keluarga, saudara, kolega, dan mungkin istri muda.indonesia memang bagaikan kapal tua dengan penumpang yang berbagai rupa ada yang dari sumatera, jawa, sumbawa, madura, hingga papua yang bersatu dalam nusantara.  enam kali sudah kita ganti nahkoda tapi masih jauh dari kata sejahtera.

Nahkoda pertama sang proklamator bersama hatta, membangun semangat pancasila dan terkenal dikalangan wanita, ia pernah berkata mampu guncangkan dunia dengan 10 pemuda.

Nahkoda ke dua, 32 tahun berkuasa datang dengan program yang bernama pelita, bapak pembangunan bagi mereka bagi saya tidak ada bedanya, penumpang bersuara berakhir dipenjara atau hilang dilautan tanpa berita.

Nahkoda ke tiga sang wakil yang naik tahta mewarisi pecah belahnya masa ORBA, belum sempat menjelajah samudera ia terhenti di tahun pertama. dibanggakan di eropa dipermainkan di indonesia, jerman mendapatkan ilmunya, sedangkan indonesia mendapatkan antrian panjang untuk menonton filmnya.

Nahkoda ke empat sang kyai dengan hati terbuka.ia terhenti ketika sidang istimewa ketika tokoh-tokoh negeri merebutkan istana.

Nahkoda ke lima nahkoda pertama seorang wanita, dari tangan ibunya bendera pusaka tercipta.

Nahkoda ke enam, dua kali pemilu mengungguli suara dua kali disumpah atas nama garuda, tapi itu cuma awal cerita, cerita utamanya terpampang dibanyak media. Lapindo, Munir, hambalang, kami menolak lupa.

Sekarang 2014 telah tiba, sa'atnya kita kembali memilih nahkoda. pastika memilih pemimpin yang mengerti bhineka tunggal ika bukannya boneka milik amerika. dan inilah cerita kapal tua kita.

MEDIA PEMBELAJARAN YANG DIHARAMKAN

            Pada tahun 1642, Blaise Pascal yang pada waktu itu berumur 18 tahun, menemukan apa yang ia sebut sebagai kalkulator roda numerik untuk membantu ayahnya melakukan perhitungan pajak. Alat yang dinamakan Pascaline ini menggunakan delapan roda putar bergerigi untuk menjumlahkan bilangan hingga delapan digit. Pada tahun 1935, seorang insinyur konstruksi berkebangsaan Jerman bernama Konrad Zuse membangun sebuah kalkulator mekanik untuk menangani perhitungan matematik yang ada di profesinya. Tak lama setelah keberhasilannya, Zuse memulai pembangunan pada peralatan elektronik terprogram yang ia selesaikan pada tahun 1938. (http://engineeringtown.com/)
            Banyak orang yang sudah menggunakan kalkulator sebagai alat bantu menghitung. Bukan hanya pedagang yang menggunakan kalkulator sebagai alat bantu hitung, investasi lainnyapun juga menggunakan alat tersebut bahkan kalkutor juga bisa dijadikan sebagai media pembelajaran pada pembelajaran matematika di setiap sekolah.
                Pendidik matematika telah lama memahami manfaat kalku­lator dalam belajar matematika. Sejak 1976, NCTM telah mempublikasikan bermacam-macam artikel, buku-buku. dan pernyataan posisi, semuanya menyarankan penggunaan kalkulator secara reguler dalam pengajaran matematika pada semua tingkatan. Pada pernyataan posisinya tahun 2005 tentang perhitungan dan kalkulator, NCTM menjelaskan pan­dangannya yang telah berlangsung lama bahwa ada tempat yang penting dalam kurikulum untuk pengunaan kalkulator dan pengembangan berbagai jenis keterampilan perhitungan. (www.nctm.org).
            Sayangnya penggunaan kalkulator setiap hari di masya­rakat, dan juga dukungan profesional untuk penggunaan kalkulator di sekolah, kurang mendapat sambutan di ruang kelas matematika, terutama pada tingkat sekolah dasar. Hambatan penggunaan kalkulator telah berkurang tapi tidak hilang. Suara miring dari mereka yang tidak setuju dengan gerakan perubahan dalam pengajaran matematika sering memandang penggunaan kalkulator sebagai pembuat bodoh kurikulum. Pandangan mereka sering mempengaruhi orang tua yang menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Orang tua harus lebih waspada pada kenyataan bahwa penggunaan kalkulator tidak akan menghalangi anak dalam mempelajari matematika. Selain itu, orang tua harus belajar bahwa pema­kaian kalkulator dan komputer dibutuhkan oleh siswa dalam memecahkan soal. Kalkulator selalu menghitung sesuai dengan input yang masuk. Kalkulator tidak dapat mengganti pemahaman.
            Banyak guru yang melarang murid-muridnya untuk menggunakan kalkulator pada sa’at mereka mengerjakan so’al ulangan ataupun so’al ujian, padahal kalkulator hanya membantu para murid untuk menghitung bukan memberitahukan siswa cara mengerjakan so’al matematika tersebut. Jadi, apasalahnya jika mengizinkan siswa untuk menggunakan kalkulator pada sa’at mereka mengerjakan so’al matematika. Jika siswa itu memang kurang pandai dalam pelajaran matematika, biarpun dia menggunakan kalkulator sa’at ujian, dia tetap tidak akan bisa mengerjakan so’al tersebut karna dia tidak memahami konsep dan tidak menghafal rumus-rumus dengan baik. Bahkan murid yang pintar sekalipun jika berhadapan dengan so’al yang susah walaupung dia menggunakan kalkulator, dia tetap saja tidak bisa mengerjakannya jika dia tidak mengerti konsepnya terlebih dahulu. Jadi intinya, kalkulator hanya membantu siswa untuk menghitung agar siswa mendapatkan sedikit kemudahan untuk mengerjakan so’al matematika.
            Pembelajaran yang diminta pada masa ini adalah pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan media yang sesuai dengan matapelajaran yang akan diajarkan untuk memudahkan para siswa memahami maksud dari pelajaran yang guru ajarkan atau sampaikan kepada mereka. Jika kita menolak untuk membiarkan siswa  menggunakan kalkulator, itu sama saja dengan menolak menggunakan media pembelajaran dan menolak mengikuti arus globalisasi. Karna media kalkulator adalah sebuah inovasi dalam pembelajaran matematika yang memudahkan para siswa untuk berhitung.


@rizkypein