ASAL MULA BERDIRINYA KOTA ENDE
Oleh: Marlin Bato. |
Cerita asal mula berdirinya Nua Ende meningkat
menjadi Kota
Ende, samar-samar saja. Dongeng-dongeng yang mengarah kesana tidak
sama benar. Fragmen sejarah tidak memberi kejelasan. Karena itu tidak mudah
memberikan jawaban atas pertanyaan : Oleh siapa dan kapan Nua Ende di
mulaikan. Mythos yang samar-samar perlu diteliti bersampingan dengan fragmen
sejarah, agar dua sumber ini Bantu- membantu dalam usaha mencarikan jawaban
yang baik.
I. Segi
Mythos
Mythos didirikan Nua Ende adalah
unsur pra sejarah yang dapat dijadikan sumber penelitian. Dongeng-dongeng yang
diteliti ini adalah kutipan dari karangan S.Roos “ Iets Over Ende
“ dan karangan Van Suchtelen tentang onderafdeling Ende.
S.Roos membicarakan antara lain
masalah berdirinya Nua Ende dan Tanah Ende B.B.C.M.M. Van Suchtelen Kontroleur
onderafdeling Endemengemukan mythos Dori Woi, Kuraro, Jari Jawa. Perbedaan
antara S.Roos dan van Suchtelen ialah mythos Kontroleur S.Roos (Sumbi)
dibawakan dengan umum saja, sedangkan mythos Van Suchtelen diceritakan dengan
diperinci.
S.ROOS
Tentang Nua Ende ,Tana Ende
Walaupun tidak diperinci namun
ceritera yang dikemukan Roos amat
berharga. Diceriterakan kepadanya tahun 1872 bahwa kira-kira sepuluh turunan
lalu sudah turun dua orang dari langit, Ambu
Roru lelaki dan Ambu Mo` do wanita. Mereka kawin dan mendapat
lima anak, tiga wanita dua lelaki. Satu wanita menghilang tanpa kembali lagi.
Empat anak yang lain melanjutkan turunan Ambu
Roru dan Ambu Mo`do
Pada suatu hari, Borokanda, Rako
Madange, Keto Kuwa bersampan dari Pulau
Ende ke Pulau Besar karena mereka memasang bubuk disana, untuk
menangkap ikan.Mereka mendapat banyak ikan yang separohnya mereka makan
ditempat dan yang sisa mereka bawa ke rumah. Sementara makan itu datang tuan
tanah Ambu Nggo`be yang diajak turut makan.Pertemuan mereka membawakan
persahabatan.
Ambu Nggo`be mengajak orang-orang
itu meninggalkan Pulau Ende supaya berdiam dipulau besar. Anak isteri dan harta
milik dapat diboyong kemudian.Ambu Nggo`be berikan tanah dengan syarat mereka
harus bayar, satu gading dan se utas rantai mas. Bahan warisan itu masih
disimpan Kai Kembe seorang turunan lurus Ambu Nggo`be. Jadi semua
syarat dipenuhi dan diselesaikan.Mereka menebang pohon dan semak memulaikan
perkembangan yaitu Nua Roja yang kemudian diganti dengan nama Nua Ende.
Terjadi kawin mawin antara penduduk
asal pulau Ende dan
penduduk asli. Maka putera Ambu
Roru kawin dengan putera Ambu Nggo`be.Beberapa waktu kemudian
datang seorang lelaki dari Modjopahit dengan
mengendarai ngambu atau ikan paus. Ia berdiam di Ende dan
kawin dengan wanita anak putera ambu Roru dan
Ambu Nggo`be .Pun seorang Cina berdiam
di Ende dan
kawin dengan dari keluarga sama ini. Orang Cina itu bernama Maga Rinu ( Sic
Bapak Kapitan Nggo`be ).
Dari ceritera ini dapat disimpulkan
bahwa Nua Ende dimulaikan oleh Ambu Nggo`be dan bantuan Ambu Roru dari Pulau
Ende dan bantuan orang Majapahit serta orang Cina. Pengambil inisiatip dan
penanggung jawabannya ialah Ambu Nggo`be sebagai tuan tanah besar.
B.B.C.M.
Van suchtelen tentang Ende dan tana Ende.
Tiga dongeng berikut ini lebih
terperinci yakni dongeng Dori Woi, Kuraro dan Jari Jawa.
A.
Mythos Dori Woi
Atas kebaikan Dori Woi, Sanga Kula
menjadi penduduk pertama Pulau Ende. Karena tidak mempunyai anak ia jadikan
Raja Redo anak angkat. Redopun tidak mempunyai anak sehingga Ambu Roru
dijadikan anak angkatnya. Ambu Roru kawin dengan Puteri Nuru Laila ( Nur Laila)
asal daun lontar dan mendapat dua anak wanita, Ambu Mo’do dan Peteri Samasa.
Puteri Samasa berangkat ke langit dan menghilang. Tetapi ia turun lagi ke Luwu,
lalu kawin dengan seorang putera Luwu. Mereka ini menurunkan raja-raja Luwu di
Sulawesi. Ambu Modo kawin ambu nggo’be dari Onewitu. Seorang puera mereka Mosa
Pid kawin dengan wanita Sumba kemudian dengan wanita Nggela. Dari perkawinan
ini dilahirkan dua puteri Soru dan Toni. Soru
kawin dengan Lesu Bata dari Sikka( teks asli Lika) dan menurunkan raja-raja
Sikka. Toni kawin dengan Ambu Jua dari Ambutonda, menurunkan raja-raja Ende.
Jelas dari dongeng Dori Woi bahwa ia penurun turunan raja-raja tetapi melalui
Ambu Nggo’be. Ambu Nggo’be kawin juga dengan wanita dari Sikka bernama Sodong (
sic Bapak Kapitan Nggo’be). Dari cerita ini dapat dilihat bahwa berbagai orang
turut membangun Nua Ende. Tetapi pengambil inisiatip dan penanggung jawabnya
adalah tuan tanah yaitu Ambu Nggo’be.
B.
Kuraro dan Nua Ende, Tana Ende
Seorang puteri Tonggo hamil dari
kerbau putih. Ketika ayahnya mau membunuh kerbau ia halang-halangi karena
kerbau putih itu suaminya. Ayah marah dan menolak dia dari gunung ke lembah.
Dari peristiwa ini perempuan itu disebut Ambu Kora. Ia lahirkan puteranya Raro.
Mereka berpindah ke Pulau Ende lalu tinggal dengan Sugi Mbo, Mosa Pio. Dalam
perang dengan Numba mereka bantu Barai lawan Numba. Ketika Numba dan Barai
bersatu lagi mereka terpaksa meminta tanah tempat kediaman kepada Embe Nggo’be
dari Detu Kou. Tanah yang diberikan dibagi oleh Mosa Pio ialah Kora dan Raro
mendapat Kuraro serta Sugi Mbo dan Mosa Pio mendapat yang sisa dimana mereka
mendirikan Nua Ende. Pun cerita ini menjelaskan bahwa berbagai orang turut
dalam meletakkan dasar bagi Nua Ende tetapi penanggung jawab resmi dan terutama
ialah tuan rumah Ambu Nggo’be yang realisasinya memanfaatkan berbagai tenaga
sahabat.
KESIMPULAN
MYTHOS S. ROOS DAN VAN SUCHTELEN
Dari cerita donggeng-donggeng
ternyata peranan Ambu Nggo’be menentukan, karena mempunyai kedudukan sebagai
tuan tanah besar. Jadi usaha membangunkan Nua Ende ada suatu usaha menurut
rencana Ambu Nggo’be. Dasar Nua Ende ini dalam perkembangannya sejarah
meningkat menjadi Kota Ende. Dalam kegiatan membangun Kota Ende, Ambu Nggo’be memanfaatkan
berbagai tenaga antara lain Ambu Roru, Sugi Mbo, Mosa Pio, Jari Jawa, Maga
Rinu. Dua tenaga akhir adalah tenaga Jawa Majapahit dan tenaga Cina karang
kapal. Jadi jawaban mythos terhadap pertanyaan siapa yang mendirikan kota Ende
ialah Ambu Ngoo’be, cs Nua Ende di zaman Ambu Nggo’be adalah kota Ende in
making.
Cacatan:
S. Roos 1872. Tanah Ende terdiri
dari satu negeri besar didataran pesisir. Batas-batasnya : Barat teluk Ende,
Timur teluk Ipi, Utara gunung-gunung Ende, Selatan Gunug Meja, Roja, Ia serta
Tanjung Ia yang menceraikan teluk Ipi dari teluk Ende.
Nua Ende terletak menyusur pantai.
Tak terlihat dari pantai sebab ditutup duri perang (cactus). Jalan-jalannya
sempit berduri perang juga. Nua Ende terbagi atas lingkungan – lingkungan :
Ai Wani Sapu – Ai Wani –Ai Wani
Tonda- Ndao- Emburima.Wani Wona – Embu Gaga – One Kota.Potu – Aembonga-
Pemo.Manubara- Koposawu – Ambu Tonda.Ambu Wona – Ambu Dai – One Witu.Kuraro –
Kerimando – Reko.
Penduduk Ende itu penduduk campuran
dengan orang Sumba, Bima/Sumbawa, Pijo, Makasar. Pengaruh Makasar nampak jelas,
pun dalam berpakian pengaruh Makasar itu nampak sekali.
II. Segi
Sejarah
Dr. G. P. Rouffare tandaskan :
sumber Eropah terbaik untuk mengenal pulau-pulau dikawasan Timur Nusantara
ialah Kisah Pelajaran Pigafeta. Ia turut pelayaran mengelilingi dunia 1519 /
1522, dikepalai oleh Fernao de Magalhaes. Setelah gugur 27 April 1521 di Matan
dekat Zebu-Filipina, Yuan Sebastian de Elcano mengambil alih pimpinan. Dari
lima kapal yang turut hanya satu kapal yang selamat yaitu kapal Victoria.
Pencatat peristiwa harian yang tertib dalam pelayaran ialah Pigafeta. Dalam
mengusut unsure histories dimanfaatkan buku karangan C. C. E. M. Lerouc,
berjudul : De Elcanos tocht door den Timor – archipel met Magalhael ship Victoria.
Buku ini diterbitkan di Weltevreden 1928. beberapa fakta yang berhubungan
dengan Ende akan digencet dengan teliti.
Kutipan
halaman 46 dst.
Judul dari sub bab : pemberitaan
Pigafeta mengenai deretan pulau antara Timor dan Jawa. Teks asli berbahasa Spanyol,
teks Belanda diterjemahkan Leroux, teks Indonesia oleh Pater Piet Petu. “
dikatakan kepada kami (demikian Pigafeta) bahwa satu hari pelayaran dari sini (
Timor) dengan mengambil arah barat laut, akan kami temukan satu pulau dimana
terhadap kayu manis (canella), dan pulau itu disebut Ende. Penduduknya kafir
dan belum mempunyai raja. Disebutkan juga pulau-pulau yang terletak diantara
Timor dan Jawa sampai Malaka : Ende, Tana Butun, Creueo, Chile, Bimakore,
Aranaran, Mani, Sumbawa, Lomboch, Chorum, Java Major.”
Catatan dibuat ketika kapal Victoria
berada di Atapupu (Atafufuz), antara Maubara dan Batu Gade 25 / 26 Januari
1522. Jadi mereka ada dalam pelayaran dari Timor menuju Jawa mengarungi laut
Chidul.
NEGARA
KERTAGAMA 1357
Sumber ini menceritakan perebutan
wilayah oleh Majapahit dikawasan Timur Nusantara untuk mengalahkan Domp. Sumber
ini tidak menyebut nama Ende. Tetapi satu sumber lain historis of Java
Majapahit ( Vol II edisi 4 London 1817, hal. 121)
Pemberitaan itu dikutip Rafles dari
manuskrip Natakoesoema mengenai kawasan Timur Nusantara : Sumenep, Bali.
Di tulis dalam manuskrip itu bahwa
Ende adalah jajahan Majapahit direbut oleh Andya Ninggrat atau Ratu Pengging.
Route pelayaran 1357, melalui
Larantuka, Solor menuju Laut Sawu mengunjugi pulau-pulau ; Timor, Ende atau
Flores, Sumba, Bima mungkin juga Sabu (dimana terdapat kerajaan Majupai.
Hubungkanlah peristiwa ini dengan myhthos Jari Jawa di Ende). Ceritera expedisi
Majapahit disebut dalam Mythos yang dapat mempunyai dasar histories sehingga merupakan
fakta-fakta yang didonggengkan. Atas dasar ini Natakoesoema menyebut Ende itu
jajahan Majapahit sehingga dimanfaatkan Raflles dalam menyusun bukunya The
history of Java.
Mendahului penerbitan buku, History
of Java 1872, Pigafeta duluan menyebut Ende sebagai pulau penghasil kayu manis
: 25/26 Januari 1522.
“ Arah Barat Barat Laut terdapat
kayu manis dipegunungan (pemisah) yang memanjang diseluruh pulau, terutama Ende
Utara dan Manggarai. Kayu manis itu adalah produk biasa disana”.
Dengan nama “ pulau kayu manis “
Pigafeta maksud di Pulau Besar bukan Pulau Ende kecil itu. Berdasarkan alasan
bahwa pulau besar ini oleh Pigafeta disebut Ende, maka harus ada dasar yang
benar ialah Nua Ende atau Tana Ende sudah ada mendahului pemberitaan Pigafeta.
Pada catatan kaki 2 terdapat kutipan
C. C. F. M. Leroux dari buku P. A. van Tiele 1886 berjudul : Timbulnya
kekuasaan Belanda di Hindia Timur. Halaman 19. Van Tiele mengutipnya dari surat
Apollonius Scotte, tentang perebutan pulau Solor 1613.
“ Dari penduduk yang masuk kekuasaan
kita (VOC) termasuk juga YNDE( Ende ) dan Galliau (kayian).”
Dikutip juga oleh van Tiele Mai 1614
bahwa tempat-tempat berdagang yang bertetangga dengan Solor di selatan ialah :
Inde (Ende) Cicka (Sikka) dan Bajou (Bajo = Maumere ) dan Galliou ( Kayian) di
utara.
Unsur
Hindu Jawa di Ende 1357 (?) (kutipan halaman 41)
Pengaruh Majapahit disiratkan dalam
donggeng yang tak jelas. Jari Jawa sudah datang dari Jawa mengendarai seekor
ikan paus (ngambu). Ia menjadi raja I di Ende. Berita ini harus digencet dengan
teliti dan kritis. Alasannya ialah karena pemberitaan Pigafeta tanggal 25/26
Januari 1522 mengatakan belum ada raja. Jadi ceritera Jari Jawa sebagai Raja I
di Ende itu adalah ceritera belakangan, yakni sesudah 25/26 Januari 1522.
Dongeng yang dibawakan di Wolomari
Ende Utara mengatakan, penduduk pertama Ende berasal dari Majapahit (lelaki,
wanita, anak-anak). Ceritera ini harus diartikan dengan kritis karena tidak ada
tanda-tanda transmigrasi penduduk Majapahit ke Ende. Ceritera yang historis
mengatakan bahwa terjadi ekspedisi militer tahun 1357.
Unsur
Cina di Ende
Ceritera seorang Cina yang menderita
karam kapal dan diselamatkan di Ende dan kemudian menetap dan kawin disana (sie
Roos) perlu diteliti dengan hati-hati. Nama orang Cina itu (sie Bapak Kapitan
Nggo’be) ialah Maga Rinu.(Turunannya mungkin ada di Ambugaga)
Tetapi menurut sejarah sumber
Tionghoa membicarakan hanya pulau Timor sebagai pulau penghasil kayu cendana
yang digemari.
Dalam abad ke X pulau Timor belum
dikenal dalam pemberitaan tua Cina. Waktu itu kayu cendana disebut santulum
sebagai produk Pulau Jawa. Dikatakan juga bahwa produk ini hampir punah karena
terlampau banyak digunakan untuk membuat ukiran-ukiran kayu dan untuk hulu
keris. Pemberitaan lebih kemudian dari Tiongkok tahun1300 menyebutkan Pulau
Timor itu Ti-wu. Pemberitaan oleh Chau Ju Kua dalam karangannya bernama
Chu-fauchi membahas tetang kayu cendana di Timor, bahwa pulau ini takluk kepada
kepada Jawa yang disebut cho-p’o.
Tentang pulau Borneo dikatakan
terletak dekat Ti-mon (Ti-mor ) dan pulau Borneo mereka sebut Po-ni. Tetapi
berita tua dari Cina tentang Ende tidak ditemukan dalam sumber-sumber tua
misalnya Pigafeta.
Ende, 15 Nopember 1974
Penyusun ,
( Pater Piet Petu, SVD )
Sumber:
portal.endekab.go.id/selayang-pandang/sejarah-ende.html
No comments:
Post a Comment