Dahulu kala tahun 1561, benteng portugis dibangun di Kemo, yang pasti bahwa beberapa tahun kemudian terjadi pertempuran hebat antara orang portugis, penduduk pribumi kemudian dengan belanda.
Salah satu nama komander (komandan)
benteng bernama Louis Fernando. Karena kumisnya yang panjang melingkar,
penduduk pribumi menyebutnya dengan julukan Louis Fernando Ata Kumi Toro, yang berarti Louis Fernando yang
berkumis merah. Dia memiliki seorang anak gadis, hasil perkawinan campuran
dengan gadis numba (sebuah desa kecil bagian utara diseberang pulau ende). Anak
gadis itu bernama Rendo.
Rendo, dimasa hidupnya menjalin kasih dengan
seorang pemuda bernama Djebe Djawa (seorang pelayan yang bekerja di
benteng ayahnya). Pada saat yang bersamaan, seorang pemuda lainnya yang
gagah berani dari seberang jatuh hati pula padanya. Namanya Ndoke Rua.
Namun cinta Ndoke Rua ditepis
sebelah mata oleh Rendo. Akibat rasa cemburu yang teramat mendalam serta
cinta yang menggebu-gebu, terjadilah salah paham dan pertempuran antara
Portugis dengan armada bajak laut yang dipimpin Ndoke Rua tadi. Louis Fernando
dan Djebe Djawa meninggal dalam pertempuran itu. Kemudian si Rendo bersama
seorang dayangnya bernama Tonjo lari dan bersembunyi.
Akhir cerita itu, mereka meninggal
di ekoreko. Hingga saat ini, cerita itu berkembang ditengah masyarakat dengan
sebutan Rendo Rate Rua (=Rendo yang memiliki dua kuburan). Bung Karno
(Presiden RI pertama) pernah mengangkat cerita itu dalam sebuah pentas bersama
klub drama Toneel Kelimutu-nya
sewaktu pembuangan beliau di Ende tahun 1934 – 1938.
No comments:
Post a Comment